Tuesday 28 October 2008

Bukan Untuk Sekedar Makan

Sewaktu saya kecil, kampung halaman saya masih dipenuhi dengan sawah yang menghampar. Seperti kehidupan para petani biasa, saat panen tiba bukan hanya rezeki bagi pemilik sawah, namun juga bagi para petani lainnya yang ikut serta membantu memanen padi. Setiap orang yang membantu akan mendapat bagian sepersekian dari hasil panenan masing-masing. Hal inilah yang selalu menggerakan nenek saya ikut serta membantu panen orang lain.

Meski boleh dibilang sudah terlalu tua untuk memanen padi, tetapi semangatnya tidak pernah goyah untuk pergi ke sawah sambil membawa semua peralatannya. Sering kali nenek pergi ke sawah sambil sembunyi-sembunyi karena sebenarnya sudah dilarang oleh semua anak-anaknya. Anak-anaknya berpikir, untuk apalagi sich, toch kalau untuk makan tidak perlu khawatir lagi, sebab tinggal memilih mau di anak yang mana.
Nenek tidak mengubris saat dilarang oleh anak-anaknya. Meski hasilnya sudah sedikit karena keterbatasan tenaga dan stamina, nenek tetap melakukan pekerjaan memanen padi. Kadang saat saya tidak sekolah saya diminta bantuannya. Saya sering kali membantu nenek ditengah terik matahari, memotong dan merontokan butir demi butir padi. Nenek suka marah jika ada padi yang tercecer, maklum itu adalah hasil perjuangannya.
Sedikit demi sedikit, hasil upah memanen terkumpul. Kemudian dijemur berhari-hari sampai siap digiling. Perjalanan menuju tempat penggilangan lumayan jauh dan tidak ada angkutan. Saya menemaninya pergi ke tempat penggilingan ditengah terik matahari dan diantara bentangan sawah. Suatu aroma dan pandangan yang tidak pernah terlupakan sampai sekarang.
Sepulang dari tempat penggilingan padi, nenek langsung memisah-misah beras hasil jerih payahnya menjadi beberapa bagian. Kemudian beras tersebut dibagi-bagi ke anak-anaknya dan tidak lupa kepada tetangga sekitar. Katanya, “Nich kalau mau merasakan beras baru”, saat memberikan beras kepada anak-anaknya atau tetangganya. Tidak ada yang berani menolak sebab semua sudah pada tahu, nenek suka marah kalau pemberiannya ditolak.
Jerih payah seorang nenek yang dibantu seorang cucuk (saya atau sepupu saya), namun hasilnya dinikmati oleh banyak orang. Kini saya sadar bahwa nenek bersusah payah memanen padi bukan sekedar untuk mencari makan. Tetapi untuk memberi kepada sesama. Suatu teladan yang patut dicontoh dari seorang nenek yang sudah renta, namun tidak pernah pudar semangatnya untuk memberi.
Meski nenek saya sudah lama pergi, bertahun-tahun yang lalu, namun kenangannya tetap melekat dalam pikiran saya. Meski kenangan berupa sawah kini sudah berganti rumah-rumah mewah, namun kenangan dari nenek tidak pernah lepas. Inspirasi buat saya, inspirasi untuk semua orang. Terima kasih nek, saya tidak akan pernah melupakan nenek.
Baca Selengkapnya.......

Tindakan ganda=Sukses Ganda?

Apakah untuk menggandakan sukses harus melalui menggandakan tindakan kita? Jawabannya belum tentu. Jika tidakan Anda sudah benar dan terfokus, maka sangat mungkin Anda akan menggandakan hasil Anda. Namun jika tindakan selama ini belum efektif dan terfokus, maka penggandaan tindakan bisa menjadi hanya penghamburan sumber daya saja. Lalu bagaimana agar kita bisa menggandakan hasil yang benar?

Adalah percuma menggandakan suatu tindakan yang tidak membawa hasil. Seribu kali lipat Anda gandakan tetap saja tidak akan membawa hasil, hanya akan buang-buang energi dan waktu. Jika Anda ingin melipat gandakan hasil Anda, maka langkah awalnya adalah Anda harus mengetahui tindakan mana yang sudah terbukti membawa hasil.

Saya teringat dengan strategi pemasaran seorang penulis buku best seller Robert G. Allen. Dia membuat beberapa iklan dalam skala kecil dengan biaya minimum terlebih dahulu. Terus dicoba sampai menemukan sebuah iklan yang paling membawa hasil. Setelah itu dia baru menggandakan usahanya dengan memasang iklan terbaik. Dia memilih media besar dan tentu biaya yang lebih mahal. Tetapi hasilnya luar biasa, sebab dia menggandakan usaha yang tepat. Sudah jutaan dolar dia dapatkan dari profesi sebagai penulis.

Intinya ialah, pilihlah tindakan-tindakan yang benar-benar efektif diantara sekian banyak tindakan yang Anda lakukan sehari-hari. Menurut konsep 80/20, 80% hasil Anda dihasilkan melalui 20% tindakan terbaik Anda. Jadi mulai sekarang Anda harus bisa mengidentifikasikan tindakan apa saja yang memberikan hasil dan tindakan apa saja yang tidak atau kurang memberikan hasil. Setelah Anda menemukan 20% tindakan terbaik Anda, maka gandakanlah.

Cara menggandakan tindakan tidak selalu harus dengan waktu, biaya, dan kerja keras. Justru langkah awal untuk menggandakan tindakan Anda ialah dengan fokus saat bertindak. Waktu, biaya, dan kerj keras Anda mungkin tidak perlu, jika Anda memfokuskan diri dalam bertindak. Fokus adalah kunci utama dalam menggandakan hasil usaha Anda saat ini. Tentu saja akan lebih besar lagi jika menggunakan daya ungkit lainnya seperti modal (dalam bisnis). Inilah esensi manajeman waktu yang bisa menggandakan penghasilan saya.


Baca Selengkapnya.......

Friday 24 October 2008

3 Langkah Cepat Mengatasi Rasa Takut



Ketakutan nampaknya sudah menjadi bagian dari perilaku sebagian besar dari kita: takut gagal, takut ditolak, takut diledek, takut miskin. Bentuk-bentuk ketakutan ini pada akhirnya menyebabkan penyakit mental seperti kekhawatiran, kecemasan, stress, kesedihan dan sebagainya akibat adanya anggapan bahwa masa depan akan lebih buruk dari apa yang dialami sekarang.


Dalam salah satu acara di radio beberapa waktu yang lalu saya menerima banyak sekali sms yang menanyakan asal muasal rasa takut ini. Tapi sebelumnya saya ingin membedakan antara takut alamiah dan takut yang dibuat-buat.

Takut alamiah bisa dikatakan takut yang didasari oleh insting kita sebagai makhluk hidup. Misalnya ketika kita menyeberang jalan, kita akan tengok kiri tengok kanan untuk memastikan kita tidak tertabrak. Takut alamiah ini yang menjadi basic survival nenek moyang kita dulu dari zaman homo sapiens karena kalau tidak kita sudah punah sejak dulu kala. Takut alamiah ini berdasarkan fakta. Jadi ada parameter yang jelas kenapa kita takut sehingga kita mengantisipasinya dengan tindakan.

Tipe takut yang kedua adalah takut yang berdasarkan fiksi – bukan kenyataan. Tipe takut yang ini menyebabkan kekhawatiran, kecemasan dan stress padahal semuanya hanyalah anggapan yang tidak didukung fakta-fakta nyata. Misalnya seseorang yang takut bicara di depan umum beranggapan bahwa orang-orang akan mencemoohnya padahal belum tentu hal itu terjadi. Orang ini akhirnya memilih untuk diam saja sekedar mencari aman.

Di tulisan ini saya akan membahas lebih detil tentang tipe takut yang kedua dan bagaimana cara mengatasinya.

Asal Usul Takut

Takut yang sifatnya mental disebabkan karena kita punya standar, aturan, atau keyakinan yang harus dipenuhi, kalau tidak kita akan merasa gagal. Standar, aturan atau keyakinan ini biasanya timbul melalui pergaulan kita di lingkungan keluarga, teman, dan pekerjaan. Seolah-olah kita harus memenuhi tuntutan mereka dan beban ini membuat kita khawatir apabila kita gagal memenuhinya.

Banyak contohnya mulai dari takut gagal ujian, takut melajang terus, takut dijauhi teman, dsb. Padahal it’s OK untuk gagal ujian yang penting kita berusaha dengan belajar. It’s OK untuk tidak menikah sebelum kita memperoleh pasangan yang tepat (daripada menikah dipaksakan tapi akhirnya berantakan). It’s OK juga dijauhi teman selama kita bertanggung jawab terhadap apa yang kita lakukan.

Ironisnya, ketakutan yang cuma anggapan ini bisa menjadi kenyataan ketika kita memikirkannya terus menerus. Ingat, pikiran kita bekerja sesuai dengan fokus kita. Apabila kita fokus kepada kekhawatiran maka cepat atau lambat apa yang kita takutkan akan terjadi.

Mengatasi Rasa Takut

Pertama, ubah fokus Anda dari takut menjadi cinta, dari khawatir menjadi optimis. Sadari bahwa takut tidak lebih dari sekedar ilusi yang belum tentu terjadi. Cintai apa saja yang Anda lakukan sepenuh hati. Abaikan kekhawatiran dan hilangkan standar, aturan, atau keyakinan yang dibuat oleh orang lain karena hanya diri Andalah yang mengetahui apa yang terbaik bagi Anda.

Kedua, bangun komunikasi dengan diri Anda sendiri. Tanyakan kepada diri Anda tiap kali Anda merasa khawatir, ”Apakah kekhawatiran ini membawa kebaikan atau menyakiti diri saya?”. Katakan kepada diri Anda bahwa Anda mencintai diri Anda apa adanya. Tidak ada seorang pun di dunia ini yang menentukan kebahagiaan Anda kecuali diri Anda sendiri. Bukan orang tua, bukan bos, bukan juga pasangan Anda.

Yang terakhir adalah berlatihlah untuk berhenti berpikir tentang masa depan dan habiskan waktu Anda sebanyak mungkin di masa kini. Artinya your mind and body selalu sinkron, bukannya badan disini tapi pikiran melayang kemana-mana. Kekhawatiran, kecemasan, pesimis hanya terjadi karena kita terlalu memikirkan masa depan. Dengan kita fokus ke masa sekarang kita menjadi lebih punya energi dan power untuk memperoleh kebahagiaan sekarang, bukan nanti, tapi sekarang dan disini....
Spread The Word

Baca Selengkapnya.......

Tiga Tips untuk Menghindari Kemalasan

Rasanya banyak diantara kita yang punya “penyakit” suka menunda-nunda pekerjaan. Penyakit ini, yang sebetulnya adalah kebiasaan, seringkali disebabkan karena kita malas mengerjakan sesuatu. Malas bangun dari tempat tidur, malas pergi olahraga, malas menyelesaikan tugas kantor, dll.

Menurut penelitian, kebiasaan malas merupakan penyakit mental yang timbul karena kita takut menghadapi konsekuensi masa depan. Yang dimaksud dengan masa depan ini bukan hanya satu atau dua tahun kedepan tetapi satu atau dua menit dari sekarang. Contohnya saja ketika Anda malas dari bangun, Anda akan berkata dalam hati: “Satu menit lagi saya akan bangun”, tetapi kenyataannya barangkali Anda akan berlama-lama di tempat tidur sampai akhirnya memang waktunya tiba untuk siap-siap pergi ke kantor.

Kebiasaan malas timbul karena kita cenderung mengaitkan masa depan dengan persepsi negatif. Anda menunda-nunda pekerjaan karena cenderung membayangkan setumpuk tugas yang harus dilakukan di kantor. Belum lagi berhubungan dengan orang-orang yang Anda tidak sukai, misalnya.

Sayangnya, menunda-nunda pekerjaan pada akhirnya akan mengundang stress karena mau tidak mau satu saat Anda harus mengerjakannya. Di waktu yang sama Anda juga mungkin punya banyak pekerjaan lain.

Dalam beberapa hal, Anda pun mungkin akan kehilangan momen untuk berkembang ketika Anda mengatakan “tidak” terhadap sebuah kesempatan –Anda malas bertindak karena bayangan negatif tentang hal-hal yang memberatkan didepan.

Di artikel ini saya ingin memberikan beberapa tips untuk mengatasi rasa malas. Tips ini bisa Anda praktekkan di tempat kerja ataupun lingkungan keluarga:

Ganti “Kapan Selesainya” dengan “Saya Mulai Sekarang”

Apabila Anda dihadapkan pada satu tugas besar atau proyek, Anda sebaiknya JANGAN berpikir mengenai rumitnya tugas tersebut dan membayangkan kapan bisa diselesaikan. Sebaliknya, fokuslah pada pikiran positif dengan membagi tugas besar tersebut menjadi bagian-bagian yang lebih kecil dan menyelesaikannya satu demi satu.

Katakan setiap kali Anda bekerja: “Saya mulai sekarang”.
Cara pandang ini akan menghindarkan Anda dari perasaan terbebani, stress, dan kesulitan. Anda membuat sederhana tugas didepan Anda dengan bertindak positif. Fokus Anda hanya pada satu hal pada satu waktu, bukan banyak hal pada saat yang sama.

Ganti “Saya Harus” dengan “Saya Ingin”

Berpikir bahwa Anda harus mengerjakan sesuatu secara otomatis akan mengundang perasaan terbebani dan Anda menjadi malas mengerjakannya. Anda akan mencari seribu alasan untuk menghindari tugas tersebut.

Satu tip yang bisa Anda gunakan adalah mengganti “saya harus mengerjakannya” dengan “saya ingin mengerjakannya”. Cara pikir seperti ini akan menghilangkan mental blok dengan menerima bahwa Anda tidak harus melakukan pekerjaan yang Anda tidak mau.

Anda mau mengerjakan tugas karena memang Anda ingin mengerjakannya, bukan karena paksaan pihak lain. Anda selalu punya pilihan dalam kehidupan ini. Tentunya pilihan Anda sebaiknya dibuat dengan sadar dan tidak merugikan orang lain. Intinya adalah tidak ada seorang pun di dunia ini yang memaksa Anda melakukan apa saja yang Anda tidak mau lakukan.

Anda Bukan Manusia Sempurna

Berpikir bahwa Anda harus menyelesaikan pekerjaan sesempurna mungkin akan membawa Anda dalam kondisi mental tertekan. Akibatnya Anda mungkin akan malas memulainya. Anda harus bisa menerima bahwa Anda pun bisa berbuat salah dan tidak semua harus sempurna.

Dalam konteks pekerjaan, Anda punya kesempatan untuk melakukan perbaikan berulang kali. Anda selalu bisa negosiasi dengan boss Anda untuk meminta waktu tambahan dengan alasan yang masuk akal. Mulai pekerjaan dari hal yang kecil dan sederhana, kemudian tingkatkan seiring dengan waktu. Berpikir bahwa pekerjaan harus diselesaikan secara sempurna akan membuat Anda memandang pekerjaan tersebut dari hal yang besar dan rumit.

Saya harap tulisan ini berguna. Kemalasan merupakan sesuatu yang normal dalam hidup Anda. Karena dia normal maka dia pun bisa diatasi. Tiga tips diatas bisa menjadi awal untuk berpikir dan bertindak berbeda dari biasanya sehingga Anda tidak menyia-nyiakan kesempatan yang datang hanya karena malas mengerjakannya.
Spread The Word
Baca Selengkapnya.......

Pengingat Waktu

My Slide



Comment


ShoutMix chat widget

Tukeran Link

MY LINK

Chat With Me

Blog Archive

Recent Comment

Recent Post

 

Copyright © 2009 by Me and MySelf